BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Saturday, June 26, 2010

Makna sebuah titipan.

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahawa:

sesungguhnya ini hanya titipan,
bahawa mobilku hanya titipan Allah
bahawa rumahku hanya titipanNya,
bahawa rumahku hanya titipanNya,
bahawa putraku hanya titipanNya.

tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku,
untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa harus kulakukan untuk milik Nya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahawa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
aku ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku,
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih

kuminta Dia membalas "perbuatan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tidak sesuai keinginanku.
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah..

“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”

-W S Rendra-

***
" Maka adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya dan memberikannya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku". Namun, apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku telah menghinaku". Sekali-kali tidak!...." (Al-Fajr:15-17)